Jambicenter.id – Pengamatan aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda yang statusnya telah dinaikkan menjadi Siaga terpaksa dilakukan dengan alat teropong. Pasalnya, alat seismograf yang berfungsi mencatat getaran gempa vulkanik dari aktivitas gunung tersebut rusak akibat tersambar petir.
Kerusakan alat tersebut sudah berlangsung sejak Mei 2018 atau saat awal gunung itu erupsi. Petugas Pos Pantau Krakatau di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Suwarno mengatakan, sejak seismograf rusak praktis tidak bisa mencatat getaran gempa vulkanik dari aktivitas gunung tersebut.
“Alat seismograf rusak sejak Mei karena kena petir. Kita tidak bisa merekam getaran gempa yang terjadi. Sekarang sudah dibawa ke Banten untuk diperbaiki. Tapi, tidak perlu khawatir karena masih bisa dipantau dari teropong,”kata Suwarno, Kamis (27/12/2018).
Menurutnya, sepanjang hari ini aktivitas Gunung Anak Krakatau terus meningkat dan mengeluarkan suara dentuman disertai lontaran lava pijar serta abu vulkanik. Peningkatan aktivitas itu membuat PVMBG meningkatkan status dari Waspada menjadi Siaga.
Selain menyebabkan hujan abu di sejumlah daerah di Banten dan Lampung, meningkatnya erupsi Gunung Anak Krakatau juga mengakibatkan jalur penerbangan dialihkan.
“Alat seismograf rusak sejak Mei karena kena petir. Kita tidak bisa merekam getaran gempa yang terjadi. Sekarang sudah dibawa ke Banten untuk diperbaiki. Tapi, tidak perlu khawatir karena masih bisa dipantau dari teropong,” kata Suwarno, Kamis (27/12/2018).
Menurutnya, sepanjang hari ini aktivitas Gunung Anak Krakatau terus meningkat dan mengeluarkan suara dentuman disertai lontaran lava pijar serta abu vulkanik. Peningkatan aktivitas itu membuat PVMBG meningkatkan status dari Waspada menjadi Siaga.
Selain menyebabkan hujan abu di sejumlah daerah di Banten dan Lampung, meningkatnya erupsi Gunung Anak Krakatau juga mengakibatkan jalur penerbangan dialihkan. (put/OC)